LIberalisasi pemikiran keagamaan Islam yang akhir-akhir ini mendapatkan momen euforianya, bukanlah sebuah tajdid atau pembaruan, tapi melainkan tak lebih dari upaya membebek atau mengadopsi secara membabi-buta terhadap tradisi intelektual Barat yang dekonstruksionis dan dekstruktif. Oleh karena itu, umat Islam harus mempertahankan dan mengembangkan tradisi keilmuan yang bersumber dari Al-Qurân, Sunnah, dan warisan tradisi intelektual Islam.
selengkapnya...Mengapa banyak sarjana Muslim yang tertarik pada rayuan posmodernisme? Dalam sebuah perkualiahan, Nirwan Syafrin Manurung menjelaskan bahwa beberapa faktor yang mendorong para sarjana Islam menggunakan framework posmodernisme dalam kajian Islam; yakni : frustrasi atas kemunduran umat Islam dan bangsa Arab pada khususnya, kekalahan bangsa Arab atas Israel pada Perang Enam Hari tahun 1967, frustasi terhadap pemerintah Arab yang semakin otoriter, dan frustasi atas maraknya gerakan kebangkitan Islam.
selengkapnya...Tantangan posmodernisme bagi umat Islam semakin berat ketika paham ikutan yang dibawa posmodernisme, kemudian dijadikan sebagai landasan berpikir para sarjana Islam semacam Muhammad Abid al-Jabiri, Mohammad Arkoun, Hassan Hanafi, Nashr Hamid Abu Zayd, Muhammad Syahrur, dan lain-lain. Di tangan para sarjana Islam kontemporer ini, posmodernisme berhasil menancapkan pengaruhnya dalam kajian Islam.
selengkapnya...Post-mo, sebutan populer untuk sebuah gerakan pemikiran dengan jurus "dekonstruksi" terhadap segala aspek dalam pemikiran tentang hidup dan kehidupan. Posmodernisme, inilah gerakan pemikiran pascamodernisme yang menginterpretasi secara skeptis terhadap budaya, sastra, seni, filsafat, sejarah, ekonomi, arsitektur, fiksi, dan kritik sastra. Lantas, bagaimana jurus dekonstruksinya jika menghadapi konsep-konsep Islam? Tulisan Ust. Nanang Qosim, S.E., M.PI. di situs inpasonline, layak untuk menjadi rujukan.
selengkapnya...Metodologi penelitian Islam yang dimaksud dalam tulisan ini adalah penelitian Islam sebagai agama wahyu, bukan Islam sebagai produk sejarah yang mewujud dalam aspek sosial dan budaya Islam. Objek penelitiannya adalah wahyu yang wujudnya al-Qur`an dan hadits. Metodologi penelitian Islam untuk wahyu ini berkisar pada penelitian terhadap sumber-sumber dalil, validitas sumber tersebut dari segi periwayatannya, dan bagaimana cara melakukan istinbât atas dalil-dalil yang valid tersebut. Untuk al-Qur`an tidak perlu diteliti lebih lanjut validitas sumbernya, sementara hadits harus diteliti dengan metode takhrij. Eksplorasi lebih lanjut kandungan makna al-Qur`an dan hadits dilakukan dengan metode istinbat dalil yang sudah dirumuskan dalam ushûl al-fiqh. Khusus untuk al-Qur`an sudah dikembangkan secara khusus melalui metode tafsir. Tulisan di bawah ini akan memulainya dengan metode tafsir, dilanjutkan dengan metode takhrij, dan dilengkapi dengan metode istinbat.
selengkapnya...Dalam berkomunikasi dengan orang-orang di zamannya, perkataan Rasulullah saw sangat kaya dengan makna. Menurut Az-Zahrani (2005: 66), Rasulullah memiliki kemampuann dalam mengungkapkan apa yang ingin dikatakannya hanya dengan sedikit kata. Hal ini membutuhkan kemampuan akal, kekuatan ruh, dan kekuatan emosi. Sehingga wajar apabila perkataan Beliau dikenal dengan sebutan “Jawami’ul Kalim” atau kumpulan kata-kata yang sarat dengan makna.
selengkapnya...Copyright © 2021 daristamin.com · All Rights Reserved