Setiap insan punya keinginan, rencana, dan cita-cita. Itu pasti. Tapi, tidak ada seorang pun yang tahu sebelum segalanya terjadi. Itu rahasia Ilahi. Semua boleh saja memprediksi. Menganalisa dari semua sisi tentang kemungkinan yang akan terjadi. Sah-sah saja karena itu hak asasi.
Ketika kenyataan terjadi, ada yang sesuai keinginan, ada pula yang meleset dari ekspektasi. Semua kembali pada masing-masing pribadi. Jika sesuai harapan, warna suasananya adalah kesyukuran dan kebahagiaan. Wahana rasa berbunga-bunga. Jika sebaliknya, kekecewaan dan kesedihan mewarnai kondisi hati. Ada sesak di dada dan beban berat di kepala.
Menyikapi kenyataan yang tidak sesuai harapan, tidak sedikit pula yang lari dari tanggung jawab. Membuih dalih dan melempar kesalahan ke sana-sini. Mencari alasan agar diterima agar tidak jadi tumpuan kegagalan. Proyektif untuk melindungi ego diri.
Kenyataan manis maupun pahit adalah takdir. Selalu ada hikmah di balik semua yang telah terjadi. Bahkan, kenyataan atau realita dapat dijadikan wahana memperbaiki diri. Psikolog bernama William Glasser menyebutnya terapi realita atau konseling realita. Lema KBBI menyebutnya realitas.
Terapi realita membantu seseorang untuk membangun kesadaran. Menjadikan kesedihan sebagai alat untuk memahami kenyataan. Menjadikan kekecewaan sebagai instrumen untuk membangun fundamen yang kokoh menghadapi masa depan. Realita adalah dunia nyata. Kini dan di sini. Biarkan realita menjadi juru bicara tentang warna dan makna kehidupan.
Rasul teladan memberikan pelajaran. Jika harapan tak sesuai kenyataan, ucapkan: “Alhamdulillāh ‘ala kulli hāl [Segala puji untuk Allah atas segala keadaan]. Atau, ucapkan: “Qaddarallāh wa mā syā-a fa’ala [Allah telah menakdirkan dan berbuat apa yang dikehendaki-Nya].
Jika harapan terkabulkan, Rasul memberikan tuntunan, ucapkan: “Alhamdulillāh alladzī bi ni’matihi tatimmush-shālihāt [Segala puji hanya milik Allah yang dengan segala nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna].
Bukan saatnya lagi berandai-andai tentang masa lalu. Tidak juga terus tengelam dalam penyesalan. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran. Rencanakan segala sesuatu dengan lebih matang. Tatap masa depan dengan penuh harapan dan ketawakalan. Jangan lupa untuk selalu melibatkan Allah dalam setiap rencana dan tindakan. Selamat berjuang!