Membaca Moderasi Beragama dengan Kaca Mata Statistika (2)

Moderasi beragama sebagai konsep pertengahan akan menjamin keseimbangan. Ibarat kurva normal. Bentuknya menyerupai lonceng. Cirinya empat: simetris, identik, unimodal, dan asimtotik. Jika empat ciri tersebut tidak terpenuhi, pertanda ada sesuatu yang menyebabkan kemencengan (skewness). Cirinya punya ekor, bisa ke kanan atau ke kiri.

“Simetrisitas” terjadi karena mean sama dengan median sama dengan modus. Tepat sempurna pada satu letak cetak; satu poros. Proporsional, sebanding, dan seimbang karena memiliki sumbu simetri. Jika dilipat, lipatan satu dengan yang lainnya akan saling menutupi dengan sempurna.

Indikasi-indikasi seperti ini dibutuhkan dalam implementasi moderasi beragama. Menutup celah agar tidak terjadi penistaan agama. Agar agamanya tidak dihina, tahan untuk menghina agama yang lain. Jika pun harus saling mengupas, hadirkan wahana diskusi yang proporsional dan ilmiah.

Implementasi moderasi beragama juga dituntut untuk unimodal. Harus bermodus dan hanya satu modus, yaitu modus indikatif. Modus yang menyatakan sikap objektif atau netral. Modus yang menyatakan aktualitas, kepastian, atau realitas tindakan berdasarkan fakta dan data. Hindarkan dari standar ganda dalam bersikap. Subjektivitas dan ketidakpastian akan menyebabkan kemencengan.

Kurva normal berkarakter asimtotik. Kurva distribusi normal tidak akan pernah menyentuh absisnya. Selalu ada jarak terhadap sumbu tegak. Demikian pula dengan moderasi beragama, tidak bisa dipaksa untuk selalu ada titik temu pada dasar keyakinan. Sebagian ada titik temu, tetapi perbedaan prinsipal akan selalu ada dan menjadikan jarak. Itu normal tetapi jarak dalam perbedaan keyakinan tersebut adalah keniscayaan dalam dinamika kebhinekaan.
_________

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pos Terkait

Mulai mengetik pencarian Anda diatas dan tekan enter untuk mencari. Tekan ESC untuk batal.

kembali ke Atas