Nabi Ibrahim adalah anak yang berbakti pada orang tuanya. Santun dan jujur dalam bertutur. Cerdas dalam logika. Cergas dan tangkas dalam bertindak. Hormat dan beradab walaupun sang ayah menyangkal untuk beriman. Sabar dan tak gamang walaupun dihalau dan dienyahkan dari kampung halaman.
Ancaman rajam dari Azar, sang ayah, dibalas Nabi Ibrahim dengan ucapan salam keselamatan. Ditundung, diusir menjauh, dibalas Nabi Ibrahim dengan permohonan ampunan untuk ayah kandungnya itu. Kisahnya dikalamkan dalam QS. Maryam ayat 41-50. Doanya, “Waghfir liabī…[Dan ampunilah ayahku…]”, tercatat dalam QS. Asy-Syu’ara ayat 86.
Sang Nabi tak ingkar janji. Walaupun jarak yang jauh dan waktu yang lama memisahkan dirinya dengan sang ayah, doa permohonan ampunan untuk sang ayah tak henti dipanjatkan. Tak bosan dan pantang berputus asa demi hidayah menyapa sang ayah. Bahkan, hingga dirinya lanjut usia dan kedua putra tersayangnya, Ismail dan Ishaq tumbuh berkembang. Sejarahnya difirmankan dalam QS. Ibrahim ayat 35-41.
Takdir Ilahi, Azar mati dalam kesyirikan. Allah mengabarkan kematiannya tersebut kepada Nabi Ibrahim. Sang Nabi pun segera berhenti memohonkan ampunan untuk sang ayah. Terputus semua ikhtiar untuk hidayah dan ampunan karena terhalang kesesatan sang ayah.
Pelajaran penting dari kisah dakwah Nabi Ibrahim kepada ayahnya, bahwa hidayah adalah hak mutlak Allah. Manusia hanya berusaha dan memaksimalkan peluang dalam perjuangan. Jangan bosan! Selagi ada kesempatan, segala kemungkinan akan datang. Tetaplah sabar dan kedepankan kelembutan, apalagi kepada mereka yang sudah uzur.
_________
https://pmb.staipersisgarut.ac.id
Prodi BKPI STAI Persis Garut membuka kesempatan bagi semua kalangan untuk sama-sama belajar seni berdakwah dari hati ke hati.
__________
bkpi.staipersisgarut.sc.id
https://instagram.com/bkpi_staipigarut?igshid=MmJiY2I4NDBkZg==
https://instagram.com/uptlp_staipi?igshid=MmJiY2I4NDBkZg==
https://www.daristamin.id/